Di sebuah kampung disuatu hari hiduplah seorang petani yang seorang anak dan
seekor kuda. Pada suatu ketika petani tersebut kehilangan kudanya karna kudanya
mearikan diri dari kandang yang dibangun dibelakang rumahnya. Petani itu
sangat
sedih, karena kuda itu merupakan satu-satunya benatang ternak yang di
milikinya.
Karena kesedihannya itu pada sanak family dan tetangga
mendatangi rumahnya untuk menghiburnya.
Salah satu dari mereka mengatakan “alangkah malang nasibmu, satu-satunya hewan peliharaan yang kau miliki mininggalkanmu”. “siapa yang tau nasib seseorang malang atau mujur” kawab petani dengan simple. Tentanga pun berkata lagi “tentu saja itu nasibmu yang malang”. Setelah lumayan lama para tetangga dan sanak family pulang kerumah masing-masing.
Salah satu dari mereka mengatakan “alangkah malang nasibmu, satu-satunya hewan peliharaan yang kau miliki mininggalkanmu”. “siapa yang tau nasib seseorang malang atau mujur” kawab petani dengan simple. Tentanga pun berkata lagi “tentu saja itu nasibmu yang malang”. Setelah lumayan lama para tetangga dan sanak family pulang kerumah masing-masing.
Seminggu setelah kejadian tersebut, tanpa diduga dan
disangka nasib berbicara lain pada petani tersebut. Kuda yang telah hilang
seminggu yang lalu pulang dengan membawa 20 ekor kuda liar. Sang tetangga pun
datang kembali kerumah sang petani untuk mengucapkan selamat atas reziki yang
diterimanya. “wah mujur sekali nasibmu, kudamu yang hilang seminggu yang lalu
sudah pulang dan membawa 20 ekor kuda liar” sang petani menjawab “siapa yang
tau nasib seseorang malang atau mujur”.
Setelah mereka mengucapkan selamat kepada petani atas rizeki
yang diterimanya mereka pulang kerumah masing-masing. Beberapa hari kemudian ia
dan anaknya berkuda, nasip pun tidak berpihak pada sang petani. Anak satu-satunya
jatuh dari kuda dan mengalami patah kaki. Para tetangga pun dataang untuk
menjenguk anaknya, seraya berkata “alangkah malang nasibmu”. Tak beda dengan
jawan yang telah lalu petani menjawab “siapa yang tau nasib seseorang malang
atau mujur”, para tetangga sudah mulai jengkel dengan gaya dari jawaban petani
yang hanya itu-itu saja, seraya berkata “ya kamu yang punya nasib malang,
anakmu jatuh dari kudamu yang kau pelihara”.
Seminggu kemudian, pasukan tentara datang ke desa itu,
mendaftar semua pemuda yang layak untuk diterjunkan dalam medan perang yang
letaknya sangat jauh dari desa tersebut. Anak si petani yang patah kakinya
tersebut tidak didaftar. Para tetangga datang untuk mengucapkan selamat.
“Alangkah mujurnya nasib anakmu. Ia tidak masuk dalam daftar wajib militer”.
Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang”.
____________________________________________________________________________________
Pesan : kebanyakan dari manuisa hanya menghabiskan umur memikirkan sesuatu yang “ini baik...itu buruk...”. Sebenarnya perbuatan tidak bermanfaat. Manusia hanya member labell-label pada sesuatu yang merekan alami, padahal kita hanya melihat satu persen dari kejadian seutuhnya.
Si petani berkata, “Siapa dapat mengetahui kemujuran seseorang”.
____________________________________________________________________________________
Pesan : kebanyakan dari manuisa hanya menghabiskan umur memikirkan sesuatu yang “ini baik...itu buruk...”. Sebenarnya perbuatan tidak bermanfaat. Manusia hanya member labell-label pada sesuatu yang merekan alami, padahal kita hanya melihat satu persen dari kejadian seutuhnya.
0 komentar:
Posting Komentar